Senin, 23 Mei 2011

NGATIR BERSAMA DI CIPANAS

Dongeng – Cipanas

Narasumbeer : IJON GYTOR SAPUTRA

Wiraswasta : Cipanas, 40 Tahun, Laki-Laki

Waktu Pengumpulan

NGATIR

Disebuah desa yang masih belum terkantaminasi dengan westernisasi atau gaya yang kebara- baratan, yang penduduknya lebih suka hilir mudik memenuhi majlis-majlis Ta’lim di lengkapi dengan busana yang indah, rapih dan tertutup serta memiliki kepercayaan yang masih kental atau kuat kepada sang kholik mempunyai sebuah tradisi yang unik untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yaitu Ngatir.

Ngatir ini sudah dilakukan secara turun-menurun dan sudah mendarah daging bagi masyarakat Cipanas. Ngatir sendiri diperingati sebagai rasa syukur sekaligus tadimana wa takriman li Maudili Rosulullah SAW, dengan harapan kelak dihari kiamat nanti mendapaat syafaat, karena rasulullah pernah bersabda “man adzoma maulidi kuntu syafian lahu yaumal kiamah” yang artinya barang siapa yang mengagungkan hari kelahiran ku kalak akan aku berikan syafaat di hari kiamat nanti.

Ngatir dilakukan dua kali dalam satu tahun, yaitu pada tanggal 12 robiul awal yang bertepatan dengan hari kelahiran nabi Muhammad SAW, dan 15 bulan sya’ban yang dipercaya oleh agama Islam sebagai tutup buku amal perbuatannya selama satu tahun.

Ngatir atau ririungan ini dilakukan di mesjid-mesjid dengan membawa sedekah berupa nasi putih, ayam bakar dilangkapi masakan lainnya yang dikemas rapih dalam bakul bagi keluarga yang mampu, utnuk dibagi-bagikan kepada yatim piatu, janda-janda tua dan pakir miskin.

Setiap perayaan ngatir tiba, masyarakat sangat antusias menyambutny, disetiap rumah sudah tercium wangi masakan yang bisa membuat cacing-cacing diperut bergoyang karena para ibu sedang sibuk mempersiapkan masakan yang akan diserahkan kepada penitia ngatir. Karena ngatir hanya diperbolehkan untuk kaum adam jadi semua laki-laki pun ikut sibuk merapihkan diri mereka dengan menggunakan koko dan sarung.

Amin, Ahmad dan Rudi sudah bersiap-siap untuk ngatir, mareka berjalan menuju masjid Cipanas, disana mereka melakukan do’a bersama setelah itu mereka disibukan dengan berebut bakakak atau ayam bakar yang menjadi salah satu kegiatan tervavorit. Karena badan Ahmad yang ramping ia bisa melewati kerumunan orang-orang yang sedang berebut bakakak, dengan sigap dan dengan posisi yang strategis akhirnya ahmad bisa mendapatkan bagian yang lumayan banyak dari pada Amin dan Rudi. Setelah itu Rudi, Amin, Ahmad dan yang lainnya berbondong-bondong menuju masjid yang berada di bujal dan melakukan kegiatan yang sama yaitu berdoa dan berebut bakakak kemudian berlanjut ke mesjid Kondang.

Setelah ngatir Ahmad dan kawan-kawannya melakukan rutinitas babacakan atau makan bersama, biasanya mereka lakukan di pinggiran sungai atau diladang sawah sambil bercarita-cerita seputar kegiatan yang baru saja mereka lakukan semua itu masjid pelengkap kemeriah Tradisi Ngatir yang ada di Cipanas.

Tradisi ngatir ini juga menjadi salah satu alternatif masyarakat untuk mempererat tali silaturahmi antar kampung dan memberikan kesempatan kepada tetangga untuk bersedekah.

Nama Pengumpul : GYTOR

NPM.